Longsor Tutup Jalan Trans Sulawesi di Mamuju Tengah, Lalin Lumpuh
Peristiwa longsor besar kembali melanda wilayah Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, pada Kamis dini hari, 20 Juni 2025.
Bencana ini mengakibatkan tertutupnya akses Jalan Trans Sulawesi, salah satu jalur utama penghubung antarprovinsi di kawasan timur Indonesia.
Akibat longsor tersebut, arus lalu lintas lumpuh total, dan menyebabkan antrean kendaraan sepanjang beberapa kilometer dari kedua arah.

Kronologi Kejadian Longsor
Menurut informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mamuju Tengah, longsor terjadi sekitar pukul 02.45 WITA di Dusun Salubiro
Desa Tabolang, Kecamatan Topoyo. Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur sejak Rabu malam menyebabkan
lereng bukit di sisi jalan runtuh dan menimbun badan jalan sepanjang lebih dari 30 meter.
Material longsoran terdiri dari tanah basah, batu besar, dan batang pohon yang terbawa dari perbukitan di sekitar kawasan tersebut.
Kejadian ini berlangsung cepat dan menutup seluruh akses kendaraan dari arah Mamuju ke Palu maupun sebaliknya.
Lalu Lintas Lumpuh dan Kendaraan Terjebak
Akibat longsor ini, ribuan kendaraan terjebak di sepanjang Jalan Trans Sulawesi. Banyak truk logistik, kendaraan
pribadi, dan bus antarkota tidak dapat melanjutkan perjalanan. Sebagian pengendara terpaksa memutar balik atau menunggu di lokasi selama berjam-jam.
Beberapa warga yang tinggal di sekitar lokasi juga melaporkan kesulitan untuk bepergian, terutama untuk mengakses
layanan kesehatan dan kebutuhan pokok. Tidak sedikit masyarakat yang memilih berjalan kaki menembus jalan terputus untuk mencari jalur alternatif.
Upaya Evakuasi dan Penanganan Darurat
VENUS4D LOGIN Tim gabungan dari BPBD, TNI/Polri, Dinas PU, dan relawan masyarakat langsung diterjunkan ke lokasi pada
pagi hari untuk melakukan pembersihan material longsor. Alat berat dikerahkan, namun terkendala oleh curah
hujan yang masih tinggi dan medan yang licin serta berbatu.
Kepala BPBD Mamuju Tengah, Andi Baso, menjelaskan bahwa proses evakuasi tanah longsor diperkirakan akan
memakan waktu minimal 24 jam. “Kita fokus membuka jalur satu arah terlebih dahulu agar kendaraan bisa lewat. Namun, keselamatan petugas tetap menjadi prioritas,” ujarnya.
Tidak Ada Korban Jiwa, Namun Warga Diimbau Waspada
Hingga saat ini, tidak dilaporkan adanya korban jiwa maupun luka-luka akibat kejadian ini.
Namun demikian, beberapa rumah warga di sekitar lokasi mengalami kerusakan ringan karena terkena material longsoran. BPBD juga mengimbau warga yang tinggal di sekitar tebing atau lereng bukit agar waspada terhadap potensi longsor susulan, mengingat intensitas hujan diperkirakan masih tinggi dalam beberapa hari ke depan.
Jalur Alternatif dan Imbauan Kepada Pengguna Jalan
Pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan telah mengalihkan lalu lintas ke jalur alternatif melalui jalan kabupaten di wilayah Karossa dan Budong-Budong, meskipun jalur ini lebih kecil dan tidak dapat dilalui oleh kendaraan besar seperti truk dan bus.
Kepala Dinas Perhubungan Sulawesi Barat, Laode Ibrahim, meminta masyarakat untuk menunda perjalanan yang tidak mendesak dan mengikuti arahan petugas di lapangan. “Kami mohon kesabaran masyarakat dan pengguna jalan. Tim bekerja keras agar jalur bisa kembali normal secepatnya,” ujarnya.
Respons Pemerintah Daerah dan Rencana Jangka Panjang
Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah telah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari ke depan untuk menangani
dampak bencana. Dalam jangka panjang, pemerintah berencana memperkuat struktur jalan dan membangun
dinding penahan tanah (retaining wall) di titik-titik rawan longsor, khususnya di sepanjang Jalan Trans Sulawesi yang melintasi kawasan berbukit.
Pemerintah juga akan menggandeng para ahli geologi dan BMKG untuk mendeteksi potensi gerakan tanah lebih dini serta menyusun peta rawan bencana yang lebih akurat.
Baca juga: Satu Orang Terluka Tawuran di Saharjo Jaksel, Sempat Tergeletak di Jalanan
Penutup
Peristiwa longsor di Mamuju Tengah yang menutup Jalan Trans Sulawesi menjadi pengingat akan pentingnya
kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi di wilayah rawan seperti Sulawesi Barat.
Penanganan cepat, koordinasi lintas sektor, serta partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk memulihkan akses dan mencegah dampak yang lebih luas.
Leave a Reply