Petaka Satu Keluarga Tewas Tertimbun Longsor di Garut

Sebuah tragedi memilukan kembali terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat, setelah satu keluarga ditemukan tewas

tertimbun longsor pada Minggu malam. Peristiwa ini terjadi di Kecamatan Cisompet, salah satu wilayah rawan

bencana geologi di Garut. Hujan deras yang mengguyur kawasan itu selama beberapa hari terakhir diduga menjadi

pemicu utama terjadinya pergeseran tanah yang berujung pada longsor mematikan.

Menurut laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, longsor tersebut terjadi sekitar pukul 21.30 WIB.

Rumah korban yang berada di lereng perbukitan tak sempat diselamatkan ketika tanah di atasnya ambrol dan langsung menimbun bangunan beserta penghuninya.

Petaka Satu Keluarga Tewas Tertimbun Longsor di Garut

Kejadian bermula dari hujan deras yang turun tanpa henti sejak sore. Sekitar pukul 21.00 WIB, warga sekitar mulai

mendengar suara gemuruh dari atas bukit. Beberapa warga sempat menyelamatkan diri, namun satu rumah yang dihuni

lima orang dari satu keluarga tidak sempat evakuasi.

Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan segera dikerahkan untuk melakukan pencarian.

Kondisi malam hari hujan yang belum reda, dan medan yang curam menyulitkan proses evakuasi.

Pagi hari, tim akhirnya berhasil menemukan seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak bernyawa.

Mereka dievakuasi dan dibawa ke Puskesmas terdekat sebelum diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

Identitas Korban dan Duka Warga

Kelima korban merupakan satu keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga anak.

Masyarakat sekitar mengenal mereka sebagai keluarga yang ramah dan aktif dalam kegiatan sosial lingkungan.

Kepergian mereka secara tragis ini meninggalkan luka mendalam bagi warga kampung.

Pemerintah setempat bersama BPBD menyatakan belasungkawa dan memberikan bantuan berupa kebutuhan dasar serta

dukungan psikologis bagi keluarga besar yang ditinggalkan.

Wilayah Rawan Longsor dan Minim Mitigasi

Kecamatan Cisompet termasuk dalam daftar zona merah rawan longsor yang ditetapkan oleh Badan Geologi.

Kondisi tanah yang labil, curah hujan tinggi, dan perambahan hutan menjadi kombinasi yang memperbesar risiko bencana.

Sayangnya, hingga kini mitigasi bencana di wilayah tersebut masih minim.

Banyak warga yang masih tinggal di lereng bukit karena keterbatasan lahan dan ekonomi.

Sosialisasi mengenai potensi bahaya pun belum merata.

Beberapa warga mengaku sudah menerima imbauan pindah sejak beberapa tahun lalu, namun

belum ada realisasi bantuan relokasi dari pemerintah. Situasi ini mencerminkan persoalan klasik dalam penanganan wilayah rawan bencana: antara kebutuhan hidup dan risiko alam.

Tanggapan Pemerintah dan Seruan Tanggap Darurat

NADIA4D LOGIN Bupati Garut langsung mengunjungi lokasi kejadian dan menyatakan status tanggap darurat lokal

untuk beberapa hari ke depan guna mengantisipasi potensi longsor susulan. Ia juga menginstruksikan

agar seluruh aparat desa dan kecamatan aktif memantau wilayah rawan dan segera melaporkan tanda-tanda pergerakan tanah.

Pemerintah provinsi dan pusat juga diharapkan segera turun tangan, terutama dalam urusan relokasi

dan penyediaan hunian sementara yang aman bagi warga terdampak.

BNPB sendiri sudah mengirim tim survei dan akan mendata kebutuhan lapangan.

Fokus utama saat ini adalah penanganan cepat terhadap warga yang masih tinggal di area berisiko tinggi.

Penutup: Perlu Solusi Jangka Panjang

Tragedi di Garut ini menambah daftar panjang korban longsor di Indonesia, terutama di wilayah pegunungan dan perbukitan yang padat penduduk.

Setiap musim hujan, risiko bencana selalu menghantui, dan ketika mitigasi tidak berjalan maksimal, nyawa menjadi taruhannya.

Solusi jangka panjang seperti penataan ruang, reboisasi, edukasi warga, dan percepatan relokasi harus menjadi prioritas.

Jangan sampai bencana seperti ini terus berulang dan hanya ditangani setelah korban jatuh.

Baca juga: Cegah Kejahatan Polres Tangsel Bagikan CCTV- Kotak Amal ‘Brankas’ untuk Warga