Rusia Tembak Jatuh 112 Drone Ukraina, 8 Orang Luka Kena Serpihan
Konflik antara Rusia dan Ukraina kembali memanas setelah militer Rusia mengklaim berhasil
menembak jatuh 112 drone Ukraina dalam satu malam. Serangan udara skala besar ini terjadi pada Jumat dini hari waktu Moskow, dan merupakan salah satu upaya drone terbesar yang pernah dilakukan Ukraina sejak perang pecah pada Februari 2022.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Kementerian Pertahanan Rusia pada Sabtu (23/5/2025)
disebutkan bahwa sebagian besar drone dihancurkan di wilayah Krasnodar, Rostov, dan Crimea yang dianeksasi.
Namun, meskipun sistem pertahanan udara Rusia berhasil menjatuhkan sebagian besar drone, delapan orang sipil dilaporkan terluka akibat serpihan puing yang jatuh di wilayah permukiman.

Serangan Terkoordinasi Ukraina
Kementerian Pertahanan Rusia menyebut serangan ini sebagai “upaya terkoordinasi dan sistematis” dari
Ukraina untuk menyerang wilayah dalam negeri Rusia menggunakan drone bermuatan bahan peledak.
Serangan dilaporkan dimulai sekitar pukul 01.30 waktu setempat dan berlangsung selama beberapa jam. Sistem pertahanan udara Pantsir dan S-400 dilaporkan aktif sepanjang malam.
Juru bicara Kementerian Pertahanan, Letjen Igor Konashenkov, mengatakan bahwa semua drone yang mengarah ke fasilitas militer dan infrastruktur penting telah berhasil dicegat. Namun, beberapa puing drone yang jatuh ke permukiman menyebabkan kerusakan pada rumah warga dan melukai delapan orang di kota Taganrog, dekat perbatasan Ukraina.
“Kami sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai jenis drone yang digunakan.
Ini merupakan serangan provokatif yang dirancang untuk menebar ketakutan,” kata Konashenkov.
Ukraina Belum Beri Komentar Resmi
Hingga artikel ini diterbitkan, pihak Ukraina belum memberikan pernyataan resmi mengenai laporan tersebut.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir
Ukraina memang meningkatkan penggunaan drone jarak jauh untuk menyerang infrastruktur logistik dan militer Rusia di wilayah perbatasan maupun Krimea.
Serangan ini disebut-sebut sebagai bagian dari strategi Ukraina untuk menekan Rusia dari sisi belakang, mengingat medan perang di wilayah timur Ukraina mengalami stagnasi sejak akhir 2024. Penggunaan drone menjadi alternatif yang murah namun efektif, terutama dalam membatasi pergerakan pasokan militer Rusia.
Beberapa analis Barat menilai serangan semacam ini bisa menjadi bagian dari upaya Kyiv untuk memperluas tekanan terhadap Moskow sekaligus menunjukkan kepada sekutu internasional bahwa Ukraina masih memiliki kapasitas ofensif.
Dampak Sipil dan Reaksi Publik
Laporan tentang warga sipil yang terluka akibat serpihan drone kembali memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat Rusia.
Gubernur Rostov, Vasily Golubev, menyampaikan bahwa sebagian korban luka sudah mendapatkan perawatan dan dalam kondisi stabil. Ia juga mengimbau warga tetap tenang dan mengikuti arahan dari otoritas lokal.
Sementara itu, di media sosial Rusia, sejumlah warga mempertanyakan efektivitas sistem pertahanan
udara yang dimiliki negara tersebut, terutama setelah beberapa drone sempat menembus ke wilayah padat penduduk.
Isu ini menjadi perdebatan publik, dengan sebagian pihak menyerukan penguatan pertahanan udara di wilayah perbatasan.
Tanggapan Internasional
Sejumlah negara anggota NATO menyatakan keprihatinannya atas eskalasi ini.
Mereka menyerukan kedua pihak untuk menahan diri dan menghindari serangan terhadap wilayah sipil. PBB juga mengingatkan bahwa serangan drone dalam skala besar yang menyasar infrastruktur dapat memperburuk krisis kemanusiaan dan memperpanjang konflik.
Meski demikian, belum ada indikasi bahwa komunitas internasional akan mengambil langkah konkret dalam menengahi insiden ini, mengingat posisi politik yang kompleks dan kebuntuan diplomatik yang terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Penutup
Serangan drone Ukraina yang berhasil dicegat oleh Rusia menandai babak baru dalam dinamika perang
yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Meskipun dari sisi militer bisa disebut berhasil ditangkal
dampaknya terhadap warga sipil tetap menjadi perhatian utama.
Konflik yang terus bereskalasi ini menunjukkan bahwa ancaman drone bukan lagi sekadar taktik
pelengkap, melainkan senjata utama dalam perang modern. Dan selama belum ada solusi
diplomatik yang disepakati, korban sipil akan terus menjadi pihak yang paling dirugikan.
Baca juga:Perahu Nelayan Fasilitas Pantai Pangandaran Rusak Diterjang Ombak
Leave a Reply