Korban Tewas Gempa Myanmar Naik Menjadi 1.644, 3.000 Terluka hingga Sabtu (29/3), sementara korban luka-luka tercatat Meningkat Juga Data ini diperoleh dari laporan media pemerintah yang disiarkan melalui saluran televisi MRTV.
Menurut laporan terbaru, sebanyak 68 orang masih dinyatakan hilang di sejumlah wilayah terdampak gempa di Myanmar. Upaya pencarian terus dilakukan oleh tim penyelamat yang bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menemukan korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan.
Seiring dengan upaya penyelamatan, bantuan internasional mulai berdatangan untuk mendukung proses pemulihan pasca bencana yang melanda Myanmar dan Thailand pada Jumat (28/3) siang. Gempa berkekuatan magnitudo 7,7 mengguncang wilayah Sagaing, Myanmar, diikuti oleh gempa susulan dengan magnitudo 6,4 hanya berselang 12 menit kemudian, sebagaimana dilaporkan oleh Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Korban Tewas Gempa Myanmar Naik Menjadi 1.644
Salah satu bantuan datang dari China, di mana tim penyelamat dan bantuan kemanusiaan tiba di Myanmar menggunakan pesawat China Eastern Airlines. Pada Sabtu pukul 08.35 waktu setempat, penerbangan MU9003 mendarat di Bandara Internasional Yangon dengan membawa 37 anggota tim penyelamat serta lima ton bantuan medis, tenda, selimut, dan berbagai perlengkapan bantuan lainnya.
Selain China, India juga turut berpartisipasi dalam upaya kemanusiaan dengan mengirimkan 15 ton bantuan yang terdiri dari tenda, kantong tidur, selimut, makanan siap saji, alat penyaring air, paket kebersihan, obat-obatan, dan peralatan medis. Bantuan ini merupakan bentuk solidaritas dan dukungan terhadap masyarakat Myanmar yang tengah dilanda bencana.
Rusia juga mengambil langkah cepat dengan mengirimkan dua pesawat yang membawa 120 tenaga ahli dari Kementerian Situasi Darurat. Tim ini mencakup dokter anestesi, psikolog, unit pencarian anjing pelacak (K9), serta tim penyelamat lainnya. Bantuan Rusia bertujuan untuk mendukung proses pemulihan dan penyelamatan korban di lokasi terdampak.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengalokasikan dana darurat sebesar 5 juta dolar AS (sekitar Rp82,5 miliar) guna memperkuat respons kemanusiaan di Myanmar. Juru bicara PBB menyatakan bahwa alokasi dana tersebut dilakukan sambil melakukan penilaian lebih lanjut terhadap kebutuhan mendesak di lapangan.
Sementara itu, di negara tetangga Thailand, gempa turut dirasakan hingga menyebabkan kerusakan di 11 provinsi. Laporan resmi menyebutkan terdapat delapan korban tewas dan 101 orang masih dinyatakan hilang, salah satunya akibat runtuhnya gedung pencakar langit di Bangkok. Situasi ini meningkatkan kekhawatiran akan stabilitas bangunan tinggi di kawasan rawan gempa.
Dari Myanmar, laporan Khit Thit News mengungkapkan bahwa sedikitnya 50 masjid hancur saat umat Muslim sedang melaksanakan salat Jumat, mengakibatkan hampir 300 orang meninggal dunia. Kejadian tragis ini menambah jumlah korban secara signifikan.
Dan 3.000 lainnya terluka
Negara-negara tetangga seperti Malaysia, Indonesia, India, Australia, Pakistan, dan Selandia Baru menyatakan dukungan dan menawarkan bantuan kemanusiaan kepada Myanmar. Solidaritas ini dinilai penting, terutama mengingat situasi kemanusiaan di Myanmar yang semakin kritis akibat bencana alam yang terjadi di tengah konflik internal.
Pemimpin junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, dikabarkan telah melakukan kunjungan langsung ke wilayah terdampak di Mandalay untuk memantau upaya penyelamatan. Dalam pernyataan resminya, pihak junta menyatakan kesiapan untuk menerima bantuan internasional guna menangani dampak bencana.
Langkah ini terbilang jarang dilakukan oleh pemerintahan Myanmar di bawah kepemimpinan militer, mengingat situasi politik yang masih penuh ketegangan. Namun, dalam situasi darurat ini, pemerintah membuka pintu bagi komunitas internasional untuk memberikan dukungan.
Para ahli geologi menyoroti bahwa gempa dengan kekuatan sebesar ini sangat berpotensi menimbulkan kerusakan infrastruktur yang masif, terutama pada bangunan yang tidak memenuhi standar konstruksi tahan gempa. Oleh karena itu, upaya rekonstruksi diharapkan tidak hanya fokus pada pemulihan, tetapi juga pada peningkatan kualitas bangunan agar lebih aman di masa mendatang.
Secara keseluruhan, masyarakat internasional diimbau untuk terus memberikan dukungan baik dalam bentuk bantuan fisik maupun finansial guna meringankan beban masyarakat terdampak. Pemulihan pascabencana memerlukan koordinasi yang kuat antara pemerintah lokal, organisasi kemanusiaan, dan mitra internasional.
Dengan adanya bantuan yang terus berdatangan, diharapkan proses pemulihan dapat berjalan lebih cepat dan korban yang masih hilang segera ditemukan. Pemerintah Myanmar juga diharapkan dapat memberikan informasi terbaru terkait kondisi lapangan secara transparan agar bantuan dapat tersalurkan secara tepat sasaran.
Baca Juga : Perundingan Rusia Dan AS Soal Perang Berakhir Setelah 12 Jam
Leave a Reply